Penulis: Faiqatul Ummah (Mahasiswa Komunikasi & Penyiaran Islam, IAIN Parepare) OPINI--- Seperti yang kita ketahui, sepak bola merupak...
Penulis: Faiqatul Ummah (Mahasiswa Komunikasi & Penyiaran Islam, IAIN Parepare)
OPINI--- Seperti yang kita ketahui, sepak bola merupakan salah satu olahraga yang paling populer di seluruh dunia. Di Indonesia olahraga ini bahkan dimainkan oleh semua tingkatan, mulai dari anak-anak, laki-laki maupun perempuan, muda hingga setengah baya. Karena hal itulah masyarakat Indonesia dikenal fanatik sepak bola sejak dahulu.
Muncul asumsi yang mengatakan, siapa pun tokoh politik yang dekat dengan tim sepak bola, maka tokoh politik itu akan dinilai positif. Tokoh politik yang bersangkutan mendukung tim yang sama dengan tim yang masyarakat dukung, dan masyarkat merasakan kedekatan dengan tokoh politik yang bersangkutan dan akan banyak membantu tim sepak bola tersebut dengan segala urusannya yang berhubungan dengan pemerintahan.
Menurut surat edaran Menteri Dalam Negeri No. 800/148/Sj tertanggal 17 januari 2012, yang berbunyi melarang kepala daerah tingkat I dan tingkat II, pejabat publik, termasuk wakil rakyat, maupun PNS rangkap jabatanpada organisassi olahraga seperti KONI dan PSSI Daerah serta kepengurusan klub sepak bola profesional dan amatir, hal ini dikarenakan membuatnya rentan akan penyalahgunaan kebijakan anggaran yang akan dibuatnya kemudian, jadi muncul asumsi akan mitos tersebut sebenarnya terbantahkan dengan surat edaran dari Menteri Dalam Negeri.
Sepak bola juga terkait oleh beberapa aspek, mulai dari aspek budaya, ekonomi, sosial, hingga politik. Karena sepak bola salah satu cabang olahraga yang paling banyak digemari di Indonesia, ada juga beberapa tokoh politik yang menjadikan sepak bola sebagai alat demi mencapai tujuan berpolitik.
Tidak sedikit juga supporter yang menjadikan klub mereka sebagai alat untuk menyampaikan berbagai pesan politik. Namun melihat sepak bola yang dijadikan alat komunikasi politik, maka akan terlihat juga beberapa tokoh politik yang dengan sengaja menggunakan sepak bola sebagai alat berkomunikasi dengan publik untuk kepentingan politik.
Liga 1 2019 menjadi kompetisi sepak bola dangan jumlah terbanyak keempat di Asia. Jumlah penonton Liga 1 2019 sebanyak 2.863.867 hanya kalah dari Liga Jepang (J-League), China Super League dan Indian Super League. Jadi bukan tidak mungkin sepak bola tidak diperhatikan oleh pra tokoh politik untuk menyampaikan pesan politik mereka. Kepentingan untuk memasarkan diri demi menaikkan citra positif di khalayak supporter.
Tidak ada komentar