Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header

Breaking News:

latest

OPINI : May Day! May They See

Penulis:  Andi Cesar Fahreza Abdillah,  Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) IAIN Parepare. OPINI  -Hari buruh, semua ta...

Penulis: Andi Cesar Fahreza Abdillah, Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) IAIN Parepare.

OPINI -Hari buruh, semua tahu tentang hari ini. Iya, May Day. Sebenarnya apa yang istimewa dengan hari ini? Apa yang terjadi sehingga hari ini penuh sejarah? Bahkan setara dengan sejarah perjuangan kemerdekaan suatu negara. Ya, hari ini adalah hari kebesaran seluruh manusia pekerja keras di bumi yang bulat ini. Hari dimana terjadi mogok kerja besar-besaran hampir diseluruh negara, demi menyampaikan aspirasi bahwasanya “KAMI PUNYA HAK YANG TAK KAMI DAPATKAN !”
Sejarah mencatat, Mogok kerja pertama kelas pekerja terjadi di negara adidaya Amerika Serikat, pada tahun 1806 oleh pekerja “Cordwainers” yang bekerja selama 16 - 20 jam sehari. Mereka menuntut pengurangan jam kerja dan pemberian upah lembur. Sejak saat itu, agenda “Mogok Kerja” menjadi agenda tahunan para pekerja demi menyuarakan aspirasi mereka, dan di tahun 1886 pada kongres “Federation of Organized Trades and Labor Unions” menetapkan bahwa hari buruh di rayakan setiap tanggal 1 Mei.
Namun bagaimana perjuangan kita sebagai seorang mahasiswa dalam mendedikasikan diri demi kepentingan rakyat secara umum? Harus kita pahami, terjadi sinkronisasi dimana kita sebagai “Penyambung Lidah Rakyat” sangat berperan penting dalam membantu perjuangan para buruh di dunia pada umumnya dan di Indonesia khususnya. Baiklah, update story peringatan hari buruh dengan quotes perjuangan dan gambar yang berkaitan adalah salah satu cara membantu mengingatkan “mereka” terkait aspirasi kaum buruh. Penulis paham, bahwa turun ke jalan adalah jalan yang baik untuk menggetarkan hati si pemilik lapangan pekerjaan yang tidak memberikan hak wajar bagi buruh. Namun, apakah semua itu pasti? Haruskah kita bertindak seperti peristiwa “The Birth Of Nation” di Amerika? Apakah terjamin akan ada perubahan? Belum. Sejak tahun 1806 (hari buruh pertama) hingga saat ini, masih banyak hak buruh yang belum diberikan. Jam kerja yang tak sesuai, upah minimum yang tak wajar, tunjangan sosial yang tak adil, dan lainnya yang buruh menganggapnya sebagai “ITU HAK KAMI BOS !”
Lantas apa jalan terbaik untuk memperbaiki semuanya? Skill.
Skill yang dimiliki seorang pemuda akan menjadi penunjang untuk dapat membuka lapangan pekerjaan yang “wajar” untuk buruh, tentunya didukung dengan kesadaran bahwasanya “ADA HAK BURUH YANG HARUS DIPENUHI”. Skill apapun itu. Buatlah kontrak kerja dengan opsi yang sama-sama menguntungkan. Komunikasi yang baik bisa memunculkan solusi dalam setiap kendala pekerjaan. Kebahagiaan bersama yang terpenting.
Penulis mengamati dalam dunia musik, seperti yang diketahui ada beberapa opsi lapangan pekerjaan yang dinilai “wajar”. Teknisi alat, sound enginer, roadman, vendor sound, vendor lighting atau musisi itu sendiri. Secara garis besar, orang-orang yang menekuni dunia tenaga kerja, khususnya dalam dunia musik adalah mereka yang memiliki skill, passion, jiwa sosial dan pemikiran dewasa. Skill kerja sebagai panduan demi meminimalisir kesulitan dalam menghadapi pekerjaan, passion sebagai penunjang kebahagiaan dalam bekerja karena dilakukan menggunakan hati, jiwa sosial sebagai teman yang menemani ditengah karakter rekan kerja yang beragam, pemikiran dewasa sebagai hakim dalam menentukan solusi yang tepat dalam masalah pekerjaan. Betapa pentingnya seseorang untuk memiliki garis besar tersebut.
Di awal opini ini, penulis mengatakan sejarah perjuangan hak para buruh setara dengan sejarah pejuangan kemerdekaan suatu nergara karena, hingga saat ini penulis melihat masih ada, bahkan tidak sedikit kaum buruh yang masih merasa terjajah oleh majikan. Kemerdekaan buruh adalah hal mutlak yang harus terwujud demi terciptanya hubungan kerja yang harmonis sehingga menghasilkan dampak yang baik bagi masyarakat umum. Tapi entahlah, sampai kapan penjajahan itu terjadi. Kita tidak tahu kapan para buruh merasa “memiliki negara sendiri” atau “merayakan hari kemerdekaan” mereka sendiri? Tidak ada yang tahu pasti. Hanya, panggilan hati para pemuda yang akan memberi mereka ruang yang autentik.
Payung hitam akan selalu terbuka, dan menjadi sahabat hari ini sebagai bentuk mengenang buruh yang gugur dalam perjuangan hak mereka. Juga bentuk kekecewaan terhadap pemberian hak kepada buruh yang tidak sewajarnya. Semua dikemas dalam Pelanggaran HAK ASASI MANUSIA yang sampai saat ini belum mendapat titik terang. Sampai kapan?
Panjang umur perjuangan, panjang umur hubungan baik. Siatting lima, ade’ta marillau. May day !

Tidak ada komentar