Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header

Breaking News:

latest

OPINI: Apakah Sudah Waktunya Anak Muda yang Menentukan?

Penulis: Subhan Bahri (Mahasiswa Komunikasi & Penyiaran Islam, IAIN Parepare) OPINI--- Pesta demokrasi segera bergulir, para timses (tim...



Penulis: Subhan Bahri (Mahasiswa Komunikasi & Penyiaran Islam, IAIN Parepare)

OPINI---Pesta demokrasi segera bergulir, para timses (tim sukses) kandidat sudah memanaskan mesin dan menyiapkan amunisi tempurnya masing-masing. Ada yang menarik pada pemilu (pemilihan umum) kali ini, digadang-gadang suara anak muda menjadi penentu kemenangan kandidat, bahkan disebut-sebut sebagai pesta demokrasinya anak muda.

KPU (Komisi Pemilihan Umum) mencatat dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) dari total 204.807.223 pemilih keseluruhan, sebanyak 113.622.550 pemilih muda yang akan menentukan  nasibnya pada pemilu 2024 mendatang. Sekitar 56,45 persen pemilih dikuasai oleh kaum muda yang dijuluki sebagai Milenial dan Gen Z, tak heran jika suara anak muda menjadi sasaran utama.

Melihat persenan tersebut membuat para paslon memutar otak mencari ide dalam merancang berbagai janji program yang dibentuk untuk menarik suara anak muda. Harus disadari, tidak semudah itu meraup suara kaum muda, nilai-nilai kualitas yang diperoleh dari politik membuat kepercayaan mereka menurun. Stigma mereka terhadap politik menganggap bahwa itu hal kotor, buruk, korupsi, oligarki dan penuh pencitraan menjadi persoalan yang penting bagi para timses untuk mengatur strategi khusus agar pandangan tersebut hilang dari benaknya

Munculnya berbagai tren-tren viral yang digemari oleh pemuda menjadi peluang bagi kandidar mencoba masuk untuk meraih puja-puji anak muda seperti konten jj (jedag jedug), desain AI comel, bahkan memakai jargon yang menarik misalnya “umur boleh tua tapi jiwa harus tetap muda” membuat anak muda merasa lebih asik dan santai. Kata “anak muda” sering juga disebut oleh paslon dalam kampanye merupakan salah satu cara agar membuat pemuda percaya, yakin dan terkesan.

Sangat disesalkan saat ini, kaum muda begitu apatis dengan politik, padahal politiklah yang mengatur hidupnya. Mereka terlalu asik, santai, sangat menikmati ke-uwuawuan yang ditawarkan oleh kandidat yang hanya sesaat, sehingga terlena dengan nasibnya dimasa mendatang. Pemuda apatis sangat mudah dijanjikan, setelah semuanya pemilu berakhir, biasanya mereka akan ditinggalkan dan merasa dikecawakan. Padahal ini hanyalah trik agar membuat pemuda terkagum, tapi ternyata minim dilibatkan, hanya dijadikan sebagai kendaraan politik semata.

Kaum muda sebagai pemegang kunci penentu demokrasi Indonesia harusnya memikirkan bangsa ini kedepannya. Tak bisa dipungkiri, merekalah yang akan mengambil alih tongkat estafet selanjutnya, mempertahankan keutuhan dan kemajuan bangsa dengan membawa inovasi terbaru untuk merubah yang tidak baik dan membentuk Indonesia lebih baik.

Pilihlah kandidat dengan memahami dahulu visi misi, latar belakang, dan mempelajari rekam jejaknya. Pilihlah yang tidak hanya pandai berkata-kata, tapi memiliki tujuan jelas dalam memperjuangkan kebutuhan anak muda, yaitu menjamin pendidikan, wadah untuk berkarya dan lapangan pekerjaan. Pilihlah mereka yang dalam dirinya terdapat jiwa muda. Jiwa muda tidak hanya diukur dari umur, tapi dari semangat mudanya yang terus membara.

Bukan lagi saatnya anak muda mengikuti arus golongan tua, sudah tiba waktunya anak muda yang menentukan. Sebagai penguasa suara dominan, sudah seharunya selektif dalam memilih pemimpin. Tantangan Indonesia akan semakin banyak bermunculan dimasa yang akan datang.

Apalagi tahun 2045 Indonesia diterpa bonus demografi yang merupakan jumlah penduduk produktif usia 15-64 tahun meningkat. Tentunya banyak permasalahan yang akan bermunculan, teknologi akan semakin berkembang lebih pesat daripada saat ini. Anak muda yang hidup ditengah-tengah perkembangan teknologi tentunya sangat mendalami pengetahuan tersebut, hanya pemimpin bijak yang memberdayakan dan melibatkan pemuda untuk berkolaborasi bersama menciptakan solusi inovatif dalam kemajuan bangsa untuk mewujudkan Indonesia Emas.

Yahh… anak muda kenyataannya tidak punya pengalaman, tapi mereka menjadi penentu masa depan. Temukanlah pemimpin yang paham dengan pemuda, mengerti apa yang dibutuhkan dan akrab dengan pemuda. Pada dasarnya semua kandidat sudah bisa menjadi memimpin, tapi hanya segelintir yang betul-betul pantas dan memiliki kelayakan menjadi seorang pemimpin.

Seorang tokoh pernah mengatakan “anak muda itu memang minin pengalaman karena itu anak muda tidak menawarkan masa lalu, tapi anak muda adalah pemilik masa depan, karena itu anak muda menawarkan masa depan”.

Tidak ada komentar