Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header

Breaking News:

latest

OPINI: Ada Orang Dalam, Semakin Sulit Lapangan Pekerjaan di Indonesia?

Penulis: Nurmala (Mahasiswi Komunikasi & Penyiaran Islam, IAIN Parepare) OPINI---  Pengganguran ya pengangguran merupakan momok yang p...

Penulis: Nurmala (Mahasiswi Komunikasi & Penyiaran Islam, IAIN Parepare)

OPINI--- Pengganguran ya pengangguran merupakan momok yang paling menakutkan yang dialami generasi muda di Indonesia untuk mencari kerja, menghadapi begitu sulitnya dalam mencari lapangan pekerjaan yang layak. Hai ini disebabkan berbagai faktor, seperti pertumbuhan penduduk, perkembangan teknologi,serta kecerdasan buatan (AI) yang menjadi salah satu tantangan yang harus diatasi para generasi muda.

Selain itu, banyaknya permainan orang dalam serta batasan usia juga menjadi faktor yang memperburuk situasi. Data yang mencakup bahwa sebagian besar masyarakat, terutama generasi Y dan X, merasa tidak puas dengan upaya pemerintah dalam mengatasi pengangguran.

Cukup mirisnya melihat anak muda serta pencari kerja yang mendominasi angka pengangguran di Indonesia. Bagaimana tidak? Kita mengetahui bahwa generasi muda yang disematkan dengan sebutan harapan bangsa justeru menjadi kelompok usia dengan angka pengangguran tinggi.

Tidak tanggung-tanggung, jumlah pengangguran yang ada di Indonesia saat ini justeru didominasi oleh sekelompok usia muda, seperti lulusan SMA hingga Sarjana. Mengapa demikian?

Di tengah persoalan terkait banyaknya pengangguran anak muda di tanah air, justeru ditemukan persoalan terkait adanya syarat batasan usia di mana untuk disebut maksimal, serta adanya orang dalam agar bisa lolos tampa persyaratan. Hal ini disebabkan banyaknya perusahaan yang menerapkan persyaratan maksimal 17-25 tahun dalam lowongan pekerjaan. Hal ini dinilai salah satu penghambat kaum usia muda memperoleh pekerjaan.

Padahal, untuk lulus S-1 saja rata-rata orang telah berusia 22-25. Jika 25 tahun adalah umur maksimal yang diterapkan dari pekerja yang perusahaan inginkan. Melihat hal ini lantas bagaimana nasib dengan para lulusan sarjana yang belum usianya telah lewat dari usia tersebut padahal mereka juga butuh pekerjaan.

Dengan adanya faktor seperti ini, maka anak muda sekarang begitu sulit untuk mencari pekerjaan yang yang layak, dan bahkan turut menambahkan angka pengangguran muda di Indonesia. 

Di tambah lagi masa pendemi lalu begitu banyak para pekerja yang di-PHK, diberhentikan. Jumlah iklim lowongan kerja di masa pendemi lalu sempat anjlok hingga 75% . Kementerian ketenagakerjaan menyebutkan jumlah pengangguran diestimasi dapat mencapai antara 2,9 juta hingga 5,2 juta jiwa akibat pendemi lalu.

Setiap tahunnya Indonesia menghasilkan sekitar 1,27 juta sarjana muda baru. Namun, 2021 jumlah pengangguran di Indonesia lebih dari 8 juta sarjana, angka ini meningkat 26,3% dibanding jumlah sarjana yang menganggur pada tahun 2020. Untuk saat ini begitu banyak anak muda yang mengeluhkan begitu susah mencari kerja.

Agustus 2022 jumlah pengangguran di tanah air menurut badan pusat Statistik (BPS) mencapai 84 juta orang dengan jumlah 5,87% dari total angkatan kerja nasional menjadi penyumbang angka pengangguran terbanyak yakni 2,54 juta orang, dimana 30,12% merupakan total dari pengangguran nasional. Diikuti penduduk usia 15-19 tahun sebanyak 1,86 juta jiwa (22,03%),usia 25-29 tahun 1,17 juta jiwa (13-84%), usia 30-34 tahun 608,41 ribu jiwa (7,22%),serta usia 60 tahun ke atas 485,54 ribu jiwa (5,76%). Total keseluruhan pada Agustus 2022 jumlah penduduk usia kerja di Indonesia mencapai 209,42 juta jiwa di mana yang termasuk angkatan kerja mencapai 143,72 juta jiwa.

Di Indonesia, sejak Februari 2022, pemerintah memulai BPJS ketenagakerjaan telah meluncurkan jaminan sosial bagi karyawan yang kehilanggan pekerjaan. Program jaminan kehilangan kerja digagas untuk memberikan manfaat untuk uang tunai, informasi pasar kerja, dan pelatihan kerja bagi karyawan yang kehilangan mata pencariaanya.

Namun, sistem jaminan kehilangan pekerjaan yang ada di Indonesia masih belum manjamin kebutuhan pekerjaan ketika berhenti bekerja. Jaminan kehilanggan pekerjaan hanya 45% dari gaji. Pekerja 45% dari gajinya, misalkan gaji pekerja Rp5 juta, tapi hanya mendapatkan kurang dari Rp2,5 juta saja.

Berdasarkan daftar IMF, tinggi pengganguran Indonesia menduduki posisi ke 59 dari 100 negara dengan predeksi memiliki tingkat pengangguran sebesar 5,3% pada 2023. Angka ini menurun dari tingkat pengangguran pada Agustus 2022 yakni berdasarkan BPS sebesar 5,86%.di tahun itu senayak 8,42 juta warga tanah air tidak mempunyai pekerjaan.

Tapi apa jika hari ini atau saat ini belum saatnya untukmu mendapatkan pekerjaan yang kamu inginkan, asalkan tetap berusaha dan jangan menunda untuk memulai kemajuanmu. Setiap orang perlu kegagalan untuk belajar apa yang kurang dari dirinya.

Jika setiap saat yang hanya kita inginkan hanyalah keberhasilan, kita mungkin juga tidak sadar bahwa kita juga perlu mengevaluasi diri kita. Selain itu tanpa adanya kegagalan mungkin kita akan merasa cukup untuk belajar karena semuanya akan tampak sempurna. Dengan kegagalan kamu akan menjadi manusia yang banyak belajar dan akan menjadi dirimu yang lebih baik. Jadilah generasi muda yang menciptakan lapangan pekerjaan, bukan pencari kerja.

Tidak ada komentar